NEW YORK, AMERIKA SERIKAT— Pasar komoditas global kembali menyaksikan sejarah tercipta ketika harga emas dunia melesat menembus ambang psikologis US$4.100 per troy ounce pada perdagangan Selasa (14/10) waktu setempat. Logam mulia ini mencapai puncak rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) di level US$4.179,48, mengukuhkan perannya sebagai aset safe haven utama di tengah lanskap ekonomi dan geopolitik yang penuh gejolak.
Kenaikan spektakuler sebesar sekitar 57% sejak awal tahun 2025 ini dipicu oleh kombinasi faktor fundamental dan ketidakpastian:
Pemicu utama lonjakan harga emas adalah tingginya keyakinan pasar terhadap rencana Federal Reserve (The Fed) untuk segera melonggarkan kebijakan moneter. Spekulasi kian menguat bahwa bank sentral AS tersebut akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini, yang berpotensi diikuti dengan penurunan serupa di bulan Desember.
Emas, sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), menjadi sangat menarik bagi investor ketika suku bunga cenderung rendah atau diproyeksikan menurun.
Analis logam senior dari Zaner Metals, Peter Grant, mencatat bahwa tensi perdagangan yang memanas antara Washington dan Beijing, ditambah dengan penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang terjadi sebagian, turut mendorong aliran dana ke emas.
Selain itu, ancaman tarif 100% oleh Presiden Donald Trump terhadap barang-barang China dan tren global menuju 'de-dolarisasi'—upaya mengurangi ketergantungan pada Dolar AS sebagai cadangan devisa utama—dipandang sebagai katalis jangka panjang yang kuat.
Momentum bullish emas diperkirakan akan berlanjut. Beberapa institusi finansial terkemuka telah merevisi proyeksi harga mereka. Analis dari Bank of America dan Societe Generale bahkan secara agresif memprediksi bahwa harga emas memiliki potensi untuk melonjak lebih jauh, mencapai US$5.000 per troy ounce pada tahun 2026 mendatang.
Comments
Leave a Reply