Tahun 2025 mencatat rekor tragis bagi kebebasan pers global — Reporters Without Borders (RSF) melaporkan bahwa dari 67 jurnalis yang tewas di seluruh dunia, sekitar 43% di antaranya terbunuh di Gaza oleh pasukan militer Israel.
Data RSF menggugah keprihatinan bahwa konflik bersenjata — terutama perang Israel–Gaza — telah menjelma menjadi salah satu periode paling mematikan dalam sejarah bagi pekerja media. Menurut organisasi tersebut, angka kematian jurnalis dalam satu tahun ini menunjukkan bahwa konflik dan tindakan militer terhadap kawasan sipil menunjukkan “praktik kriminal militer dan kejahatan terorganisir.”
Bagi komunitas jurnalis internasional, laporan ini menjadi alarm keras: tugas melaporkan konflik kini tidak hanya berisiko tinggi, tetapi bisa berakhir dengan kematian. Hal ini juga mengancam hak publik atas informasi — ketika semakin banyak jurnalis gugur, makin jarang laporan independen dan obyektif dari zona perang.
Desakan kini muncul agar komunitas internasional — termasuk badan hak asasi manusia dan organisasi pers global — mengambil langkah nyata melindungi wartawan di wilayah konflik. Mereka menyerukan investigasi independen terhadap insiden kematian, serta penerapan mekanisme perlindungan jurnalis dan pelapor di zona perang.
Comments
Leave a Reply