Pada Senin (1 Desember 2025), Kremlin melalui juru bicaranya menyatakan bahwa komandan militer telah melaporkan keberhasilan merebut Pokrovsk — kota logistik penting di Donetsk — dan Vovchansk di wilayah Kharkiv.
Dalam kunjungan ke markas komando militer, Putin memuji langkah tersebut sebagai “terobosan besar” yang akan membuka jalan bagi operasi lanjutan dan memungkinkan Rusia memperluas kontrol di hampir semua arah, termasuk di selatan Ukraina.
Moskow mengklaim bahwa dengan merebut kota-kota ini, pasukannya siap untuk membentuk “zona keamanan” di sepanjang perbatasan Rusia — bagian dari tujuan konflik yang sudah berjalan lebih dari 3,5 tahun menurut Moskow.
Namun, pejabat Ukraina belum memberi pengakuan resmi atas klaim tersebut. Militer Kyiv menyebut bahwa pertempuran masih berlangsung di beberapa titik, termasuk di sekitar Pokrovsk dan Vovchansk, menolak keras pemberitaan bahwa kota-kota itu telah jatuh.
Sementara itu, laporan intelijen independen menunjukkan bahwa dalam November 2025, Rusia berhasil menambah wilayah pendudukan dengan kecepatan paling tinggi sejak 2022 — meskipun banyak dari wilayah itu masih dikategorikan sebagai “area pertempuran aktif.”
Situasi ini muncul di tengah inisiatif diplomatik internasional: utusan AS direncanakan menemui Putin di Moskow dalam upaya memajukan rencana perdamaian, sementara perdebatan tentang kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial menjadi sorotan global.
Klaim Rusia atas Pokrovsk dan Vovchansk menandai eskalasi baru dalam perang Ukraina — menunjukkan bahwa Moskow berusaha mengkonsolidasikan kemenangan di lapangan sebelum negosiasi damai serius berjalan. Namun, tanpa verifikasi independen dari pihak Kyiv dan komunitas internasional, pernyataan ini berisiko memperdalam ketidakpastian dan ketegangan. Nasib kedua kota tersebut, serta nasib ribuan warga sipil di zona konflik, tetap menggantung di tengah arus informasi yang saling klaim.
Comments
Leave a Reply