Para ahli sejarah sepakat bahwa Anunnaki adalah sekumpulan dewa yang dipuja bangsa Sumeria, Akkadia, Asiria dan Babilonia kuno. Istilah “Anunnaki” secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “keturunan bangsawan” dalam bahasa Sumeria.
Dalam sejumlah naskah kuno — termasuk mitos penciptaan dan epik-epik mesopotamia — Anunnaki berfungsi sebagai pengatur nasib manusia, sebagai dewa langit, dewa bumi-kehidupan, juga kadang-kadang digambarkan sebagai hakim dunia bawah.
Namun sejak tahun 1970-an, interpretasi alternatif — terutama lewat karya penulis seperti Zecharia Sitchin — memperkenalkan versi kontroversial: bahwa Anunnaki bukan dewa, melainkan makhluk luar angkasa dari planet hipotetis bernama Nibiru, yang datang ke Bumi ribuan tahun lalu dan ikut campur dalam asal usul manusia.
Teori ini kemudian menyebar luas ke kalangan penggemar kisah “alien kuno” dan konspirasi global — menghubungkan Anunnaki dengan pembangunan piramida, struktur megah kuno, hingga ide manipulasi genetik manusia.
Meski demikian, sebagian besar sejarawan dan arkeolog menolak interpretasi “alien” tersebut. Perlu dicatat bahwa tidak ada bukti arkeologis yang mendukung klaim bahwa Anunnaki pernah disembah sebagai kelompok dewa secara kolektif, apalagi sebagai makhluk dari luar angkasa. Setiap dewa memiliki kultus lokal masing-masing, dan tidak ditemukan artefak yang valid untuk membenarkan versi konspiratif.
Anunnaki tetap sebaiknya dipahami dalam konteks literatur dan agama Mesopotamia kuno — sebagai bagian dari mitos dan kepercayaan masyarakat Sumeria — bukan sebagai fundamental bukti keberadaan alien. Meski versi-versi “alien kuno” menarik dan mengundang spekulasi, legitimasi historis dan ilmiahnya sangat lemah. Untuk generasi modern, pendekatan kritis dan basis bukti tetap penting ketika menelaah warisan kuno yang sarat mitos.
Comments
Leave a Reply